Palembang - Kebanyakan wanita kerap mengunakan deodoran. Namun, tahukah Anda jika penggunaan deodoran juga memiliki resiko tinggi terkena kanker payudara. Ya, kanker payudara banyak terjadi di bagian antara payudara dan ketiak perempuan.Salah satu penyebab kanker payudara adalah deodoran.
Pada beberapa perempuan yang mengalami kanker payudara juga ditemukan kandungan bahan kimia yang ditambahkan dalam deodoran. Hal ini membuat ilmuwan menduga bahwa deodoran bisa memicu kanker payudara.
Selama beberapa tahun, para peneliti telah mempelajari hubungan antara zat yang disebut paraben dan kanker payudara. Paraben banyak digunakan sebagai pengawet untuk membunuh kuman pada kosmetik seperti deodorant atau antiperspirant.
Peneliti telah mengetahui bahwa paraben sedikit menyerupai fungsi hormon estrogen pada wanita. Sedangkan hormon estrogen sendiri merupakan faktor risiko kanker payudara.
Para peneliti di Inggris memeriksa sampel jaringan payudara dari 40 orang wanita yang telah menjalani mastektomi dan menemukan bahwa jejak paraben tersebar luas dalam jaringan tubuhnya. Bahkan, tujuh wanita di antaranya mengatakan bahwa mereka tidak pernah menggunakan produk apapun pada ketiaknya.
"Pada tujuh orang yang tidak menggunakan produk tersebut, paraben bisa berasal dari produk-produk lain," kata Dr Philippa Darbre, peneliti kanker di University of Reading seperti dilansir HealthDay, Jumat (13/1/2012).
Dalam penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Applied Toxicology, Darbre dan rekan-rekannya melaporkan bahwa satu atau lebih jenis paraben ditemukan pada 158 dari 160 sampel jaringan tubuh yang diambil dari 40 orang wanita. Peneliti menemukan 96 sampel mengandung lima bentuk ester paraben yang paling umum.
Dr. Darbre pernah menemukan kadar paraben dalam prosuk kosmetik empat kali lebih besar ketika ia melakukan penelitian serupa pada tahun 2004.
Pada beberapa perempuan yang mengalami kanker payudara juga ditemukan kandungan bahan kimia yang ditambahkan dalam deodoran. Hal ini membuat ilmuwan menduga bahwa deodoran bisa memicu kanker payudara.
Selama beberapa tahun, para peneliti telah mempelajari hubungan antara zat yang disebut paraben dan kanker payudara. Paraben banyak digunakan sebagai pengawet untuk membunuh kuman pada kosmetik seperti deodorant atau antiperspirant.
Peneliti telah mengetahui bahwa paraben sedikit menyerupai fungsi hormon estrogen pada wanita. Sedangkan hormon estrogen sendiri merupakan faktor risiko kanker payudara.
Para peneliti di Inggris memeriksa sampel jaringan payudara dari 40 orang wanita yang telah menjalani mastektomi dan menemukan bahwa jejak paraben tersebar luas dalam jaringan tubuhnya. Bahkan, tujuh wanita di antaranya mengatakan bahwa mereka tidak pernah menggunakan produk apapun pada ketiaknya.
"Pada tujuh orang yang tidak menggunakan produk tersebut, paraben bisa berasal dari produk-produk lain," kata Dr Philippa Darbre, peneliti kanker di University of Reading seperti dilansir HealthDay, Jumat (13/1/2012).
Dalam penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Applied Toxicology, Darbre dan rekan-rekannya melaporkan bahwa satu atau lebih jenis paraben ditemukan pada 158 dari 160 sampel jaringan tubuh yang diambil dari 40 orang wanita. Peneliti menemukan 96 sampel mengandung lima bentuk ester paraben yang paling umum.
Dr. Darbre pernah menemukan kadar paraben dalam prosuk kosmetik empat kali lebih besar ketika ia melakukan penelitian serupa pada tahun 2004.
"Sejak tahun 2004, banyak produsen telah mengeluarkan paraben dari daftar komposisi pembuatan deodorant dan antiperspiran. Makanya, kami jadi aku agak terkejut ketika menemukan kadar paraben yang tinggi dalam jaringan payudara setelah tahun 2004," kata Dr. Darbre.
Kandungan paraben yang tinggi ditemukan pada bagian antara payudara dan ketiak, dan kanker payudara paling sering muncul pada daerah tersebut. Meskipun demikian, Dr Darbre memperingatkan bahwa penelitiannya ini tidak dapat menyiratkan hubungan sebab dan akibat.
Kandungan paraben yang tinggi ditemukan pada bagian antara payudara dan ketiak, dan kanker payudara paling sering muncul pada daerah tersebut. Meskipun demikian, Dr Darbre memperingatkan bahwa penelitiannya ini tidak dapat menyiratkan hubungan sebab dan akibat.
"Meskipun estrogen merupakan komponen yang diketahui menjadi bahan bakar kanker payudara, masih perlu ditelaah lagi apakah bahan kimia lingkungan yang memiliki sifat estrogenik juga berkontribusi terhadap proses perkembangan penyakit," jelas Dr. Darbre.
Sementara itu, Dr. Darbre mengimbau kepada para wanita agar mengurangi atau menghentikan penggunaan produk kosmetik sebanyak mungkin. Di lain pihak, American Cancer Society tidak menemukan hubungan yang jelas antara deodoran atau antiperspirant dengan kanker payudara.(azm)
Sementara itu, Dr. Darbre mengimbau kepada para wanita agar mengurangi atau menghentikan penggunaan produk kosmetik sebanyak mungkin. Di lain pihak, American Cancer Society tidak menemukan hubungan yang jelas antara deodoran atau antiperspirant dengan kanker payudara.(azm)