Gelora Sriwijaya - Salah satu cara mencontek yang lazim digunakan ketika UN adalah menggunakan Handphone.Tak pelak banyak orang berlomba-lomba mencari kunci jawaban via handphone meskipun tahu jawaban belum tentu benar atau salah.Banyak peserta yang merasa yakin kalau kunci jawaban dari SMS adalah benar.
Maraknya pemberitaan mengenai peredaran kunci jawaban Ujian Nasional (UN) melalui pesan singkat (SMS) ditanggapi dingin oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh.
Menurut Nuh, jika ada pemberitaan mengenai kebocoran soal ataupun peredaran kunci jawaban, harus diverifikasi kembali kebenarannya. Sehingga, katanya, tidak hanya sebatas persepsi.
"Boleh-boleh saja ada persepsi, tapi harus dibedakan dengan realitas. Lagipula, para siswa sendiri yang rugi jika mempercayai kunci jawaban tersebut," ujar M Nuh seusai melakukan teleconferencedengan sejumlah Dinas Pendidikan daerah di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Senayan, Jakarta Selatan, Selasa (17/4/2012).
Dia menegaskan, semua pemberitaan terkait hal itu harus menyertakan data yang konkret sehingga dapat ditindaklanjuti oleh Kemendikbud melalui Inspektorat Jenderal (Irjen) Kemendikbud. "Memang ada yang nakal, tapi jangan mengeneralisasikan 2,5 juta siswa lainnya juga berperilaku seperti itu," ujarnya.
Menurut Nuh, para siswa yang berpatokan pada kunci jawaban UN yang beredar itu justru menyusahkan diri sendiri. Dia menyebutkan, sedikitnya mereka akan mendapatkan tiga kerugian.
"Yang pertama jadi tidak konsentrasi dengan soal yang dihadapi karena harus mencocokan jawaban dengan kunci yang ada. Lain cerita jika yang beredar itu naskah soal," tutur Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) itu.
Kedua, lanjutnya rugi finansial, terutama bagi mereka yang merogoh kocek sangat dalam untuk mendapatkan kunci tersebut. Dan ketiga, tambahnya, menurunkan harga diri siswa tersebut.
Sumber
Maraknya pemberitaan mengenai peredaran kunci jawaban Ujian Nasional (UN) melalui pesan singkat (SMS) ditanggapi dingin oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh.
Menurut Nuh, jika ada pemberitaan mengenai kebocoran soal ataupun peredaran kunci jawaban, harus diverifikasi kembali kebenarannya. Sehingga, katanya, tidak hanya sebatas persepsi.
"Boleh-boleh saja ada persepsi, tapi harus dibedakan dengan realitas. Lagipula, para siswa sendiri yang rugi jika mempercayai kunci jawaban tersebut," ujar M Nuh seusai melakukan teleconferencedengan sejumlah Dinas Pendidikan daerah di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Senayan, Jakarta Selatan, Selasa (17/4/2012).
Dia menegaskan, semua pemberitaan terkait hal itu harus menyertakan data yang konkret sehingga dapat ditindaklanjuti oleh Kemendikbud melalui Inspektorat Jenderal (Irjen) Kemendikbud. "Memang ada yang nakal, tapi jangan mengeneralisasikan 2,5 juta siswa lainnya juga berperilaku seperti itu," ujarnya.
Menurut Nuh, para siswa yang berpatokan pada kunci jawaban UN yang beredar itu justru menyusahkan diri sendiri. Dia menyebutkan, sedikitnya mereka akan mendapatkan tiga kerugian.
"Yang pertama jadi tidak konsentrasi dengan soal yang dihadapi karena harus mencocokan jawaban dengan kunci yang ada. Lain cerita jika yang beredar itu naskah soal," tutur Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) itu.
Kedua, lanjutnya rugi finansial, terutama bagi mereka yang merogoh kocek sangat dalam untuk mendapatkan kunci tersebut. Dan ketiga, tambahnya, menurunkan harga diri siswa tersebut.
Sumber