Home » Stories » Setelah Selesai Kemoterapi..
Setelah Selesai Kemoterapi..
By sulthan on Monday, October 17, 2016
Setelah melalui 8 kali siklus kemoterapi, akhirnya pada hari ini saya & suami saya kontrol ke dr. Hamid di RSPAD Gatot Subroto. Setelah menulis pengalaman Kemoterapi Pertama & Kedua, tidak banyak yang bisa saya bagikan dalam blog ini lagi. Saya malah banyak menulis tentang dunia motherhood dan mompreneur. Jujur saja, the past 7 months was overwhelming, dan berbicara tentang kemoterapi selalu membuat hati saya nyiiitt sampai sekarang.. Jadi saya akan mengulas sedikit saja pengalaman kemoterapi 3-8 dalam post ini.
Efek kemoterapi siklus ke 3-8 memiliki kesamaan pola; seminggu pertama pasti tepar. Suami saya memiliki jadwal kemo setiap hari Senin, per 3 minggu siklus. Setelah hari H, dia akan mulai fit kembali pada hari Minggu berikutnya, karena Senin setelah kemo, dia pasti 'mabok'. Di minggu inilah perjuangannya benar-benar terasa, karena terkadang saya habis akal, kata-kata, dan tenaga untuk bisa membuatnya nyaman. Memijat, memberi makanan, memeluk, mendoakan, memberi kata-kata semangat seakan tidak ada gunanya pada masa ini. Dia hanya bisa terbaring lemah dan sesekali mengerang kesakitan saking dahsyatnya efek yang dirasakan, dan pada saat seperti itu saya harus tetap 'chin up', demi dia, dan anak kami Zeya yang baru berumur 2 tahun.
Efek lainnya adalah kesemutan di ujung-ujung jari tangan dan kaki dan tingginya sensitifitas pada benda dingin. Kedua hal ini juga berlangsung selama kurang lebih satu minggu. Kebayang kan gak nyamannya. Di kemo ke-5, suami saya juga sempat mengalami kendala; suster kesulitan menemukan pembuluh darah di tangan sehingga harus berkali-kali pindah tangan dan tusuk sana-sini. Memang, salah satu efek kemoterapi adalah pembuluh darah menjadi lebih tipis dan kecil. Akhirnya, menjelang kemoterapi ke-6, suami saya mulai aktif berolahraga lagi dan latihan ringan untuk jari-jari dan tangannya. Alhamdulillah kemo ke-6 sampai 8 lancar tanpa hambatan pembuluh darah.
Seminggu setelah kemo, barulah dia fit kembali. Walaupun demikian, kami masih harus disibukkan dengan jadwal kontrol dan tes darah rutin yang membuat dia harus bolak balik rumah sakit setiap minggunya. Syukur alhamdulillah, kantor suami memberi kelonggaran sehingga suami saya pun bisa mendapatkan ijin sakit selama menjalani proses kemoterapi ini. Jika tidak, saya benar-benar tidak bisa membayangkan dia harus menempuh perjalanan jauh dan bekerja long hours dengan kondisi stamina yang sedang 'digempur habis-habisan' oleh obat kemoterapi.
However, untuk ukuran orang yang sedang (dan baru saja selesai) menjalani kemoterapi, suami saya terbilang cukup fit. Berat badannya malah naik pasca operasi Februari 2016 lalu, rambutnya tidak ada sedikitpun yang rontok, dan kulitnya tidak menghitam gosong (hanya muncul beberapa spot kecil di ujung-ujung jari). Pokoknya, tetep ganteng deh. Hehe.. Banyak orang bertanya "how come?".
Suami saya 3 hari pasca kemo ke-8. Masih berusaha ceria bermain dengan Zeya walaupun lagi mabok-maboknya. PS: look at those hair!
Ada beberapa jawaban untuk pertanyaan tersebut. Pertama, tentu saja karena izin Allah SWT. Kedua, menurut dokter bedah digestive yang menangani suami saya, obat kemoterapi itu ada rumusnya, jenis tumor itu ada rumusnya. Jika obat yang diberikan tidak sesuai dengan rumus tumornya dan tidak tepat sasaran baik dari segi jenis obat maupun dosis, kemoterapi bisa menjadi racun, namun jika tepat, efek buruknya bisa minim sekali. Alhamdulillah sekali lagi karena kami mendapatkan dokter yang super detail, teliti, dan tidak ragu untuk berbagi informasi dengan pasiennya. Ketiga, bisa jadi karena selama menjalani kemoterapi, suami saya digempur oleh air kangen dan berbagai suplemen, serta jamu yang akan saya tulis reviewnya di post terpisah nanti. Terakhir, dan yang paling penting; is because he is the bravest man I knew. Dia selalu bersemangat dan sabar dalam menjalani setiap prosesnya dan dia mau untuk ikhtiar bersama, termasuk meminum aneka jamu dan suplemen yang kadang rasanya gak karu-karuan.
Aneka minuman yang saya siapkan untuk suami saya setiap pagi dan malam.
And at the end, here we are. Standing at this point to be finally be able to say "WE MADE IT!"
Setiap pernikahan memiliki tantangannya masing-masing, dan untuk kami berdua, sakitnya suami ini merupakan tantangan terbesar dan terberat selama hampir 5 tahun pernikahan kami. Walaupun demikian saya sangat bersyukur karena diberikan pengalaman ini oleh Allah, because I learned so much from this experience. Saya diberikan kesempatan untuk bisa kembali meninjau tujuan hidup saya, prioritas saya, connecting with people who really care to us, and most importantly, belajar bahwa "what's essential is invisible to the eye". Suami saya adalah pria tersabar yang pernah saya kenal, and I'm so proud of him.
So today, is the end and at the same time, another new beginning for us. Setelah kemoterapi selesai, kami masih harus menjalani tes darah dan kontrol rutin setiap 3 bulan, USG abdomen dan rontgen setiap 6 bulan, dan CT Scan dan kolonoskopi setiap tahun selama 2 tahun pertama. Perjuangan belum berakhir, but for now, let's celebrate this new milestone and be ready for whatever comes in our way. Percaya bahwa Allah selalu ada untuk makhluk-Nya. Ganbatte! :)
"what is internet in hindi" || internet kya hai (in hindi)
What is internet in hindi ||history of internet in hindi "What is internet in hindi", today we all are trying to know about what i...