Pada jaman dahulu di sebuah kerajaan, tingallah seorang putri yang sangat elok parasnya. Ia tinggal bersama ayahandanya yang sangat bijaksana. Pun demikian dengan ibunya sang permaisuri. Putri sangat suka bermain bola. Ia mempunyai sebuah bola kesayangan yang berwarna keemasan. Hampir setiap hari sang putri bermain-main dengan bola emasnya itu.
Pada suatu pagi, pergilah sang putri bermain bola di pinggir sebuah danau jernih yang ada di dekat istana. Ia melempar bola, menangkap, dan menggelindingkannya di tanah. Tak bosan-bosan ia bermain bola. Tetapi pada suatu kali lemparan, bola itu menggelinding dan masuk ke dalam danau.
Putri segera berlari dan melihat bola emasnya tenggelam perlahan. Danau itu airnya sangat jernih tetapi sangat dalam. Ia bisa melihat bola emasnya dari pinggir danau. Tetapi ia tak bisa berenang apalagi menyelam mengambil bola kesayangannya itu. Ia sendirian. Tak ada siapa-siapa yang bisa menolongnya untuk mengambil bola emas.
dan bola emas itu jatuh ke dalam danau |
Lamat-lamat, putri mulai terisak. Ia menangis. Ingin putri meraih bola yang tampak berkilauan dari dasar danau. Pipinya yang putih kemerahan telah basah dengan air mata.
“Huuu..uuuu.uuuuuuu.....”, isaknya.
“Mengapa menangis Tuan Putri? Lihatlah, gaunmu yang indah kotor terkena lumpur. Mengapa engkau menangis dan berjongkok di pinggir danau ini seorang diri?” Tiba-tiba terdengar suara, entah dari mana asalnya. Mungkin datang dari rerimbunan semak yang ada di pinggir danau.
Putri kaget. Ia mencoba mencari-cari siapa orang yang telah menegurnya itu. Tetapi ia tak menemukannya. Hanya seekor kodok besar berwarna hijau dengan kulitnya yang berbenjol-benjol dan berlendir yang ada di sana.
“Siapa yang tadi berbicara? Kau kah kodok hijau besar? Mungkinkah kamu dapat berbicara layaknya seorang manusia?”, tanya Putri penuh selidik.
Kodok hijau besar mengerjap-ngerjapkan matanya yang hitam besar. Terdengar lagi suara itu. Suara seorang laki-laki, dan mulut kodok hijau juga tampak bergerak-gerak. “Ya Tuan Putri, sayalah yang berbicara dengan Tuan Putri. Saya kodok hijau besar yang buruk rupa ini.”
Terbengong-bengonglah Putri menemukan kodok itu pandai berbicara seperti manusia. Tetapi setelah habis kebingungannya, muncullah ide dari Putri. Ia berkata kepada Kodok Hijau Besar. “Mau kah kau menolongku, wahai Kodok Hijau Besar? Bola emas kesayanganku jatuh ke dalam danau. Airnya jernih tetapi sangat dalam. Aku tidak bisa berenang dan menyelam untuk mengambilnya. Maukah kau menolongku?”
Kodok Hijau Besar mengerjap-ngerjapkan matanya yang hitam. Ia melompat mendekati Putri. Kini Kodok Hijau Besar dekat sekali dengan kaki Putri. Jijik juga Putri melihat kodok itu. Ia mundur selangkah.
Kodok Hijau Besar kemudian menyahut.
“Bila aku mau mengambilkan bola emas kesayanganmu, apa hadiahmu untukku?”
“Oh, aku akan berikan apapun keinginanmu. Apapun, wahai Kodok Hijau Besar.”
“Benarkah? Bagaimana kalau aku ingin ikut makan malam bersamamu, di meja makanmu, wahai Tuan Putri?” Tanya Kodok Hijau Besar kepada Putri.
“Boleh. Tentu boleh.”
“Dan... bolehkah aku tidur di kamarmu, bersamamu, wahai Tuan Putri?” Tanya Kodok Hijau Besar lagi.
“Boleh... Sangat boleh, wahai Kodok Hijau Besar yang baik hati,” kata Putri lagi.
Kemudian Kodok Hijau Besar melompat ke dalam air danau. Ia menyelam dan mengambil bola emas dan menyerahkannya untuk Putri. Gadis itu sangat girang. Ia kemudian mengucapkan selamat tinggal kepada Kodok Hijau Besar. Dan Kodok Hijau Besar mengingatkan Putri bahwa nanti malam ia akan ikut makan malam dan tidur bersama Putri.
Putri mengiyakan dan segera berlari-lari pulang sambil bersenandung riang.
***
Malam itu, Putri bersantap bersama Sang Raja dan Permaisuri. Ketika sedang asik menikmati hidangan, terdengarlah bunyi ketukan di pintu.
“Tok...tok...tok.........tok.”
Raja segera memerintahkan pengawal untuk membukakan pintu. Pengawal mulanya menyangka orang yang mengetuk pintu itu telah pergi. Ia tak melihat ada siapapun di depan pintu sampai matanya tertuju ke lantai. Dilihatnya seekor kodok hijau besar ada di lantai. Dialah yang telah mengetuk pintu. Ternyata Kodok Hijau Besar ingin menagih janjinya kepada Putri.
“Wahai Pengawal yang budiman, ijinkan saya masuk. Tuan Putri berjanji akan memperbolehkan saya makan malam bersama dan tidur di kamarnya malam ini karena saya telah membantunya mengambil bola emas di dasar danau.”
Pengawal kemudian melapor kepada Raja. Mendengar laporan Pengawal, Putri terkejut. Ia keberatan. Ia akan merasa jijik jika Kodok Besar Hijau makan di meja bersamanya dan nanti tidur di kamarnya. Tetapi Sang Raja dan Permaisuri yang bijaksana meminta Putri untuk membayar janjinya.
“Pengawal, ajak Kodok Hijau Besar masuk. Biarkan ia makan malam bersama kami. Dan biarkan nanti ia tidur bersama Putri di kamarnya. Putri harus memenuhi janji yang telah diucapkannya.” Demikian kata Sang Raja.
Putri tak dapat berkata apa-apa lagi. Pengawal beranjak mengajak Kodok Hijau Besar masuk.
Kodok Hijau Besar kemudian naik ke atas meja, dan ikut makan bersama Sang Raja, Permaisuri dan Putri. Ia makan dengan lahap. Putri jijik melihatnya.
Selesai makan malam. Raja dan Permaisuri kemudian berpesan kepada Putri untuk memenuhi janjinya yang kedua, yaitu membolehkan Kodok Hijau Besar tidur bersamanya.
***
Kodok Hijau Besar kemudian masuk bersama-sama Putri ke dalam kamar. Putri sangat jijik. Kodok Hijau Besar melompat-lompat dan naik ke tempat tidur. Sang Putri dengan cepat memegang ujung kaki Kodok Hijau Besar dengan berlapis sapu tangan. Dilemparkannya Kodok Hijau Besar dari tempat tidurnya.
Tiba-tiba sebuah keajaiban terjadi. Kodok Hijau Besar seketika berubah menjadi seorang pemuda yang sangat tampan. Bajunya sangat indah. Jelaslah bahwa ia seorang pangeran.
Putri sangat kaget. Tetapi Sang Pangeran justru berterima kasih kepada Putri.
“Maafkanlah saya, wahai Tuan Putri. Saya sesungguhnya adalah seorang pangerah yang dikutuk seorang penyihir jahat. Memang harus beginilah caranya agar aku terbebas dari kutukan itu. Dan engkau memang sudah ditakdirkan menjadi jodohku,” kata Sang Pangeran.
Putri pun meminta maaf karena telah berlaku kasar dan mencoba mengelak dari janjinya.
***
Akhirnya Sang Raja menikahkan Putri dengan Pangeran. Ketika upacara pernikahan selesai, datanglah sebuah kereta kecana yang gemerlapan menjemput kedua mempelai. Pangeran memohon ijin kepada Sang Raja untuk memboyong Putri ke istananya. Dan Raja pun mengijinkannya. Mereka kemudian hidup bahagia selama-lamanya.
Dongeng ini diadaptasi dari Cerita Pangeran Kodok dan Putri Bungsu karya Jacob dan Wilhelm Grimm (Grimm Bersaudara 1785 - 1863, dari Jerman).