Seperti yang sudah saya ceritakan di post
ini, suami saya yang sehat, tidak merokok, tidak minum alkohol, dan rutin olahraga tiba-tiba divonis kanker usus stadium 3 di usia 28 tahun. Sekarang setelah melalui operasi besar yang berlangsung selama 4 jam dan menunggu pemulihan selama kurang lebih satu bulan, suami saya pun akhirnya menjalani kemoterapinya yang pertama pada tanggal 18 April 2016 yang lalu. Tiga minggu kemudian, tepatnya tanggal 9 Mei 2016 kemarin dia menjalani kemoterapi yang ke dua. Dalam post kali ini saya ingin berbagi pengalaman kemoterapi berdasarkan apa yang saya dengar dan lihat dari suami saya.
Banyak alasan mengapa saya tidak langsung membuat post setelah kemoterapi pertama selesai. Well, kalau boleh curhat sedikit,
that was quite a rough time for us. Selain harus beradaptasi dengan kehidupan pasca-kemo, balita saya kena flu singapur (
hand, mouth, and foot disease) yang memang lagi hot di Indonesia, setelah dia sembuh, lanjut saya yang kena tipes. Semua itu dibumbui dengan drama belum adanya ART di rumah sehingga tangan saya benar-benar 'penuh'. Bersyukur sekali pada kemoterapi yang ke dua kemarin keadaan sudah semakin baik, kami semua sehat dan sudah ada ART akhirnya.. (yay!
Welcome Teteh..)
Okay,
first thing first. Pertanyaan yang paling sering diajukan pada saya dan suami adalah "seperti apa sih kemoterapi itu?". Banyak orang membayangkan kemoterapi sebagai hal yang super seraaam.. Seperti misalnya diikat di kursi besar di tengah ruangan dan ditembak laser dari sana sini hahaha (wong namanya aja chemo-therapy. Terapi kimia. Pastinya paske obat lah ya. Wkwkwk..), atau disuntikin obat sampai kejang-kejang. Hahaha.. Enggak lah. Kalau untuk suami saya, simple nya sih diinfus dan minum obat. Itu saja. Setiap 3 minggu sekali, suami saya harus datang ke rumah sakit untuk diinfus (selama kurang lebih 3 jam). Obat kemonya disuntikkan ke dalam infus. Lalu setelah itu, dia juga harus minum obat selama 2 minggu. Jadi ada waktu 1 minggu dimana dia
drugs free (dan '
sober'. Haha)
so we can do lots of things together! Yay! 2x24 jam setelah kemoterapi, saya dan Zey harus jauh-jauh dulu dari dia karena obatnya memang keras. Jadi kami pisah kamar tidur dan kamar mandi. Kontak-kontakan pun via whatsapp walau serumah. Alhamdulillah berasa pacaran lagi, kangen-kangenan lagi. Hehehe.. Selain itu selama 2x24 jam itu juga setiap suami saya selesai menggunakan toilet, HARUS disiram oleh air detergen dan dibilas super banyak.
Sounds dramatic, tapi tenang.. cuma 2 hari aja kok. ^^
Lalu apa efeknya? Di kemoterapi yang pertama, karena suami saya masih
nervous dan kita juga belum
take it easy, efeknya terasa cukup berat. Dia betul-betul seperti orang hamil muda untuk seminggu penuh! Mual, muntah, begah, pusing, lemas, dan cegukan sering bangeeeetttt sampai tidak bisa apa-apa dan bed rest seharian. Kebayang kan kondisinya waktu itu. Suami
bedrest, saya
bedrest, Zey perlu diasuh, gak ada ART. Untung ada adik dan mertua saya yang langsung datang membantu. Kalau tidak, entah apa jadinya kami. *wiping tears. Setelah seminggu, keadaan mulai berangsur membaik.
We found out that distractions and doing fun things were good to eliminate those nauseous feeling. Saya suruh suami main PS banyak-banyak dan bertemu teman-temannya.
Ok 1 done, 7 more..Selama menunggu kemo ke dua, kami melakukan aktivitas seperti biasa dan sesuai saran dokter, makanan pun tidak ada yang dipantang. Hanya saja karena kami baca-baca sendiri, kami jadi membatasi beberapa makanan seperti daging merah dan gula. Syukur alhamdulillah juga kami mempunyai teman-teman dan keluarga yang sangat peduli pada kami. Seperti yang sudah saya tulis di post "
bagaimana cara membantu pasien kanker dan keluarganya" kami menerima banyak hadiah termasuk suplemen-suplemen makanan super keren. Beberapa diantaranya adalah Celergen dan ekstrak jamur Maitake yang harganya pun tidak murah. Sepertinya sih pola makan dan suplemen-suplemen tersebut cukup berpengaruh pada stamina suami saya. Berat badannya sempat hilang hampir 16 kg sejak setahun terakhir, namun sekarang berangsur-angsur naik lagi.
Fast forward! Tiga minggu kemudian, suami saya pun menjalani kemoterapi ke dua. Prosedurnya sama dengan kemoterapi yang pertama hanya saja
after effect nya cukup berbeda. Jika pada kemoterapi pertama dia bagaikan ibu muda, di kemo ke dua ini rasa mual dan pusing tidak terlalu parah walaupun tetap ada. Selain itu, perutnya sangat kembung dan jadi mudah masuk angin, sehingga saya harus nambah profesi lagi jadi tukang pijet untuk mengeluarkan angin-anginnya. Hehehe.. Efek lainnya yang dirasa adalah ujung-ujung jari yang terasa sensitif seperti kesemutan jika memegang benda yang dingin. Alhasil, tinggal di Bekasi saja dia harus mandi air hangat dan mengupas jeruk dari kulkas saja tidak bisa. Efek ini sama seperti yang diceritakan teman kami sesama
cancer fighter, Tanaya dalam blognya
Bersahabat dengan Kanker. Sampai saat saya menulis blog ini sudah hari ke 3 sejak kemoterapi ke dua dan suami saya belum kembali pada dirinya yang dulu (kaya judul lagu. Wkwkw).
2 done, 6 more..Harus saya akui hari-hari setelah kemoterapi cukup berat, namun saya dan suami sangat bersemangat untuk menyelesaikan semua siklus nya dan mudah-mudahan kembali ke kehidupan kami yang dulu, drugs free life. Aamiin.. Harus saya akui pula bahwa saya bangga pada suami saya karena dia tidak mau dianggap sakit dan masih semangat menjalani hari-harinya, walaupun kalau untuk ngantor sepertinya masih belum memungkinkan.
Ok darling! 6 more and oh let's just do it! Dan untuk teman-teman sesama cancer fighter di luar sana, terus semangat dan jangan pernah berhenti berharap dan
keep positive ya! We can do it! Fighting! ^^
PS: tidak perlu minta izin, jika artikel ini dirasa bermanfaat, silakan share. :)