Tentang Mau/Gak Mau Diajak Hidup Susah

By sulthan on Tuesday, September 29, 2015





Eeerrr..
Tiba-tiba gambar ini muncul di social media dan langsung menuai jempol dan 'love' dari para wanita. Komen-komen menyambut 'equality' ini pun ramai menghiasi post tersebut. Well.. It is true.. Siapa sih yang mau hidup susah? I'm a woman too, I love pretty things. I love being pampered. But ridiculously I die a little when I read this words. Why??

Well.. Mungkin karena pertama, standar susah dan senang setiap orang berbeda. Some people akan bahagia hanya dengan hal-hal kecil, tapi beberapa mungkin lebih sulit untuk menjadi bahagia. Tapi bagaimanapun, hidup senang itu tidak akan bisa kamu dapatkan jika kamu tidak bisa 'berdamai' dengan diri sendiri. Tidak ada satu orang pun yang bertanggung jawab atas kebahagiaan kita, kecuali kita sendiri. Bahkan tidak orang tua kita, tidak adik kita, tidak suami kita. Jadi, selama kita belum bisa berbahagia & bersyukur dengan diri sendiri, mau se-perfect apapun orang di sekitar kita (baca: suami), kita akan selalu bisa mencari celah untuk membuat diri kita tidak nyaman/bahagia bersama dia.

Pernah dengar quote nya Shakespeare "expectation is the root of all heartache"? I think that's totally true. Apa sebenarnya tujuan menikah? Untuk bahagia? Tentunya.. Tapi sekali lagi, apakah kebahagiaan itu lantas mutlak menjadi tanggung jawab suami kita sepenuhnya? Well, ladies.. Jika kita menikah dan berharap suami kamu akan begini begitu bla bla bla.. Kita akan ended up kecewa. Pernikahan bukanlah akhir dari kisah cinta seseorang, itu adalah awalnya. Awal dari semua perjuangan bersama suami-istri. Mau ngarep? Berharaplah setinggi-tingginya sama Yang Maha Kuasa, jangan sama makhluk-Nya yang jelas-jelas pasti penuh dengan kekurangan. Terlebih lagi, just see.. Jika kamu masih bisa membaca tulisan saya sekarang, artinya kamu masih punya akses terhadap internet, handphone, laptop, dan sebagainya. Masih banyak orang yang untuk makan sehari-hari aja suah. So tell me again, apa sih hidup susah?

Kedua.. I think it's funny untuk menyatakan bahwa semua pekerjaan rumah tangga (memasak, mencuci, beres-beres) itu adalah pekerjaan 'rendahan' sehingga jika seorang istri mengerjakan itu semua sendiri hidupnya bisa digolongkan menjadi hidup susah & tidak layak. LOL! Let me tell you something. Memasak, membersihkan rumah, mencuci adalah BASIC LIFE SKILLS yang sebaiknya memang dimiliki oleh semua orang mau itu laki-laki maupun perempuan. Jika kita lihat bagaimana orang di negara maju tinggal, let's say Australia atau Korea (karena saya pernah tinggal disana), mereka tidak punya ART tapi hidup mereka lancar-lancar saja tuh. Bahkan jika dibandingkan dengan pendapatan orang Indonesia kan pendapatan di luar negeri jauh berkali-kali lipat, tapi mereka masih bisa mengurus diri sendiri. Ditambah, di gambar itu dikatakan bahwa tidak sedikit perempuan yang mengejar pendidikan demi menghindari hal tersebut (memasak, mencuci, dan lain-lain). Lagi-lagi HA HA HA.. Andai saja si penulis tahu bagaimana kehidupan para pelajar rantau, yang jauh-jauh menimba ilmu sampai ke luar negeri, semuanya juga mengerjakan itu semua sendiri. Tidak ada yang menganggap kita not cool atau ndeso jika kita memasak dan nguplek dapur, because that's just simply what people do to keep alive. Bersyukur alhamdulillah di Indonesia kita masih bisa punya asisten, tapi menurut saya basic life skills ini tetap harus kita kuasai. Disini, saya dan suami bersama-sama berbagi tugas untuk memastikan urusan rumah dan Zeya tetap tertangani. I think that's equality (bukan sekedar 'gue ga mau ngerjain ini. Titik').

Ketiga.. Saya adalah anak perempuan yang dirawat baik-baik, dijaga, dan disekolahkan tinggi oleh orang tua saya, tapi apakah itu lantas membuat saya menyandarkan kebahagiaan saya sepenuhnya pada suami saya? Tidak, karena saya percaya, ada pengorbanan yang dilakukan ibu dan ayah saya untuk bisa merawat dan mendidik saya sampai sekarang. Dibalik saya yang sekarang, ada 'hidup susah' nya orang tua saya. Mungkin ada capeknya ibu saya mengurus rumah, deg-degan nya ibu saya menunggu ayah pulang dinas luar kota, dan kesusahan lainnya yang dialami ibu saya demi kelancaran mendidik dan merawat anak perempuannya. Jadi kenapa saya harus takut untuk 'hidup susah'? Saya ingin Zeya nantinya tumbuh menjadi anak yang mandiri, pekerja keras, dan menghargai pentingnya proses. Tidak ada salahnya saya mencontohkan itu kan? Seperti layaknya ibu saya mencontohkannya pada saya dulu.

Keempat.. Ini pertanyaan besarnya sih. Jika memang hanya ingin hidup senang, lantas apa kabar dengan 'for better for worse' dalam pernikahan? Sudahlah para wanitah! Daripada kita pusing-pusing berharap tinggi untuk disenangkan oleh suami, lebih baik kita fokus untuk menjadi istri dan ibu terbaik bagi keluarga. Percaya sajalah dengan kemampuan diri kita. We are women, and it runs in our DNA. Bagaimanapun, suami adalah cerminan istri karena pernikahan adalah interaksi dua arah. Jika istri do the best, saya yakin suami juga akan do the best. Contoh kasusnya; karena suami saya tahu saya akan mengurus rumah tangga sendiri dan banyak memasak, dia memilihkan apartment yang sangat layak dan baik untuk saya. Padahal saya gak minta!

Kelima.. laki-laki itu tanggung jawabnya bukan hanya kepada istri dan anaknya. Tapi juga kepada ibunya, adik perempuannya dan saya tau tidak sedikit pria yang masih harus menanggung beban keluarga yang cukup berat bahkan setelah menikah. Keadaan seperti itu mungkin akan sedikit membuat istrinya 'hidup susah'. Tapi lagi-lagi, memangnya akan sesusah apa sih? Unless you marry a criminal, saya yakin sesusah-susahnya pun seorang suami tidak akan sampai membiarkan istrinya kelaparan.

Terakhir, mungkin saya aja yang 'bego' sih mau diajak 'susah'. Hahaha.. Yang jelas sampai 3 tahun pernikahan saya dan suami tinggal di kost-kostan di Jakarta (sempat yang tanpa AC), lebih sering LDR, harus banyak menabung, bahkan sampai sekarang tinggal di Seoul pun saya harus mengurus bayi sendiri dan jadi babu di rumah saya sendiri. Tapi saya happy saja sih dan tetap menganggap suami saya pria paling baik sedunia. Ya sudahlah.. Saya yang aneh kali, dan saya sadar kalau pendapat saya ini belum tentu bisa diterima banyak orang. Mungkin kadar hormon testosterone saya lebih tinggi dibandingkan perempuan lain sehingga untuk hal seperti ini saya tidak bisa sepakat. Hehehe..

Peace, love, and gaul (90-an banget). :D

PS: tidak perlu minta izin, jika artikel ini dirasa bermanfaat, silakan share. :)
Selengkapnya

Makanan Murah Meriah di Korea

By sulthan on Saturday, September 26, 2015

Buat yang mau berkunjung ke Korea on budget, saya kasih rekomendasi makanan murah meriah enak untuk menghemat pengeluaran selama liburan. Onigiri! Hohoho..

Onigiri ini dijual di mini-market yang tersebar di seluruh penjuru kota. Mulai dari GS25, CU, dan lain-lain. Rasanya macam-macam dan enak-enak! Untuk teman-teman muslim, bisa mencoba rasa tuna mayonnaise atau jeonju bibim tuna. Dengan harga rata-rata 800-1.200 won, onigiri ini lumayan banget untuk ganjal perut. Jadi bisa berhemat deh buat beli oleh-oleh. Hehe


Selengkapnya

Baby Roll Play

By sulthan on Friday, September 25, 2015



Sejak jadi ibu (dan tanpa ART ataupun nanny), salah satu barang mewah yang jarang saya dapatkan ada privacy atau me time. Termasuk saat.. Di toilet! Hahaha.. Bagaimana tidak, mandi saja bareng sama Zey dan saat melakukan 'panggilan alam' pun Zey suka ngintil. Hadeh..
Tepat di sebelah toilet di rumah kami adalah dinding dengan tempat toilet paper (seperti gambar di bawah ini). Saat menunggu saya 'doing business', Zey biasanya bermain dengan toilet paper dan itu bikin saya jadi gak tenang haha.. Jadilah saya berfikir untuk membuat sesuatu yang bisa membuat dia anteng di kamar mandi tanpa membuat saya khawatir. Jadilah saya membuat Baby Roll Play ini.



Bahan-bahannya mudah:
- Karton bekas tisu dapur (kitchen paper)
- Kertas kado warna warni (saya pakai 3 warna, kebetulan ada di rumah)
- Gunting
- Selotip/double tape

Caranya mudah. Pertama-tama karton bekas tisu dapur dibagi 2, dimasukkan ke dalam tiang (bisa tiang apapun yang terdapat di rumah sih). Satukan kembali dengan selotip.



Setelah itu potong-potong kertas kado sesuai ukuran karton. Lekatkan ke karton dengan selotip/double tape. Lanjutkan dengan semua warna kertas kado.



Voila! Jadi deh! Sekarang Zey punya mainan baru tanpa harus menghambur-hamburkan tisu toilet. Bayi senang, ibu tenang.. Hehehe


Selengkapnya

Merayakan Idul Adha di Negeri Ginseng

By sulthan on Thursday, September 24, 2015



Waktu Idul Fitri kemarin, saya tidak menulis apapun tentang itu karena saya merasa kurang afdol  tidak ikut Shalat Ied. Hehe.. Nah, pada Idul Adha kali ini alhamdulillah saya diberikan kesempatan untuk melaksanakan Shalat Ied Adha dengan lancar.

Karena tidak adanya arahan dari KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) untuk pelaksanaan shalat Ied, akhirnya kami sekeluarga memutuskan untuk mengikuti shalat di taman tidak jauh dari daerah tempat kami tinggal. Kebetulan di daerah tersebut terdapat komunitas muslim Indonesia yang juga rutin mengadakan acara pengajian dan shalat Jum'at. Kami berangkat dari rumah pukul 07:30. Tidak susah membangunkan Zeya karena dia sudah bangun dari jam 6 pagi! She was excited too I assume..

Kami pun naik bis menuju Yeongdeungpo Park dan sesampainya disana ternyata sudah terbentuk beberapa shaf. Alunan takbir pun mengalun pelan namun syahdu. Maklum lah, tidak harus dengan TOA saja, barisan orang duduk rapi dengan 'jubah' dari atas sampai bawah sudah cukup menarik perhatian para Seoulista yang sedang berolahraga pagi. Apa lagi kalau sambil heboh pakai TOA. Hehehe.. Saya dan suami pun berpisah menuju shaf masing-masing.



Setelah menunggu sekitar 15 menit, akhirnya Shalat Ied pun dimulai. Satu hal yang sangat saya syukuri, Zeya anteng mulai dari datang sampai selesai khutbah. Kuncinya: saya sogok dengan cemilan dan buku cerita. Hehehe.. Jadi dia anteng makan anggur dan cheerios. Khutbah dilaksanakan dalam 3 bahasa; Indonesia, Inggris, dan Arab. Tapi itu kayaknya sih, soalnya suaranya gak begitu kedengeran dan saya juga sibuk 'mengakomodir' Zeya. Duh! Kurang khusyuk jadinya :,D

What's next? Tentunya tidak ada acara rumah jagal potong kambing atau sapi karena saya sendiri kurban di Indonesia. Mungkin kalau shalat Ied di Itaewon (dimana terdapat mesjid terbesar di Korea) ada ya. Tapi kami sekeluarga bersama teman-teman akhirnya pergi juga ke Itaewon untuk makan kambing! Biar afdol ceritanya. Heuheu.. Kami pun menyantap aneka kari di restoran India dengan konsep all you can eat.



Well, itulah pengalaman saya berlebaran Idul Adha pertama kali di negeri ginseng ini. Gak ada sungkem dengan keluarga, insiden kambing lari mau dipotong, opor, atau ketupat. Sangat berbeda jauh dengan apa yang saya rasakan back home in Indonesia dan tentunya momen seperti ini selalu membuat saya rindu tanah air.. But anyway! Eid Mubarak for all of you. May peace always be upon us. :)
Selengkapnya

Memilih Partner Bisnis yang Tepat

By sulthan on Wednesday, September 23, 2015



Salah satu pertanyaan populer yang dilontarkan pada saya adalah "bagaimana memilih partner bisnis yang oke?". Dalam post ini saya akan membahas pengalaman pribadi saya dalam memilih partner bisnis.

Sebelum akhirnya berpartner dengan Dwi, teman kuliah saya di ITB, dan membangun NyoNya Corporation bersama-sama, saya sudah beberapa kali mencoba berpartner dengan yang lainnya untuk membangun bisnis lainnya pula. Hasilnya? Tidak semuanya berhasil, sekalipun saya berpartner dengan keluarga. Mendapatkan partner yang ogah-ogahan, pernah. Yang inginnya mendominasi, pernah. Sampai partner yang nipu dan bawa kabur uang saya pun pernah. Tapi apakah saya kapok? Tidak. Karena saya selalu percaya bahwa memilih partner bisnis itu seperti memilih jodoh. Ada yang langsung cocok, ada yang harus putus sambung sana sini untuk sampai akhirnya bertemu dengan The One. It's only a matter of time sampai akhirnya kita bisa bertemu dengan partner bisnis yang betul-betul klik.

Selain itu, business is all about working with people. Jualan, mungkin bisa dilakukan sendiri. Tapi tidak mungkin berbisnis tanpa bantuan orang lain. Bantuan tersebut bisa berupa partner dengan jabatan setingkat, investor, maupun pegawai. Oleh karena itu saya tidak kapok-kapok untuk terus mencari partner bisnis yang paling oke.

NyoNya Corporation dibangun oleh saya dan Dwi pada awal tahun 2014, dan sejak itu, kami sudah mengeluarkan 3 brand; NyoNya Nursing Wear, NyoNya Luxe, dan MamiBelle. NyoNya Luxe dibangun dengan menggaet sahabat kami yang lain dan MamiBelle dibangun dengan menggandeng adik saya yang baru lulus kuliah. See, without 'other people' tidak mungkin saya bisa mengerjakan semuanya sendiri. Nah lalu kualitas seperti apa sih yang biasanya saya cari dari seorang (calon) partner bisnis?

Yang pertama saya lihat adalah kepribadiannya yang baik. Well, semua orang memang baik tapi kita akan bisa melihat the best in them saat kita sudah mulai bekerja bersama-sama atau melalui hal sulit bersama. Bersama partner-partner saya sekarang, kami sudah melalui banyak hal mulai dari sesi curhat, ngerjain tugas bareng, dan lain-lain. Dari situ bisa dilihat bahwa pertemanan atau partnership dengan orang-orang berkepribadian yang baik akan penuh dengan positivity, saling menyemangati dan mensupport. Jarang sekali kami larut dalam masalah atau bergosip mebicarakan orang lain. We know what really matter for us and how to stay positive.

Yang ke dua adalah cara mereka memandang uang. Uang memang bukan segalanya, tapi it does change people. Bukan sekali dua kali saya mendengar cerita tentang bisnis yang akhirnya 'pecah' karena salah satu partner merasa kurang mendapat 'jatah' atau merasa bisa melakukan semuanya sendiri dan akan lebih 'untung' kalau mengerjakan sendiri. Well.. Well.. Padahal sekali lagi, seperti yang saya bilang tadi, business is about working with people. Uang adalah 'efek samping' nya dari hasil working with people tersebut.

Saya sangat bersyukur karena orang-orang di sekitar saya memandang uang tidak semata-mata sebagai harta milik, namun juga sebagai beban dan kewajiban. Kita malah khawatir jika dapat uang 'gede', jangan-jangan ada kewajiban yang belum dituntaskan, karena dalam setiap harta (uang) yang kita miliki pasti ada hak orang lain. Dari situ juga lah pada akhirnya NyoNya selalu menyisihkan sebagian dari penghasilan untuk sumbangan dan sedekah. Inilah yang membuat saya merasa tenang, karena dari dulu saya selalu ingin punya bisnis ber-CSR. Hehe.. Lebih jauh lagi, kami juga ingin bisnis yang kami jalani bisa membawa berkah untuk semua. Untuk kami pribadi, supplier, customers, dan lain-lain. Oleh karena itu kami sebisa mungkin menghindari konflik yang berhubungan dengan uang.

Terakhir, trust your instinct. Your heart will tell you what is right and what is not. Terdengar klise, tapi percayalah, jika memang kurang sreg di hati, lebih baik tidak usah diteruskan. Hal ini dikarenakan bisnis yang dibangun bukan hanya untuk setahun dua tahun kan? Kita tentunya ingin bisnis yang long lasting yang bisa diturunkan sampai anak cucu. Maka dari itu sangatlah penting memilih siapa yang akan berjuang bersama kita terus.
Selengkapnya

Saat Bayi Susah Makan

By sulthan on Tuesday, September 22, 2015



Since I introduced Zeya to solids 4 months ago, she has always been a good eater. Makannya lahap, apa saja suka, sudah bisa minum dari sedotan sejak usia 6 bulan, dan sebagainya. Namun demikian, bukan berarti dia tidak pernah GTM (Gerakan Tutup Mulut) lho. Ada kalanya dia juga malas makan, dan berhubung minggu kemarin dia baru saja tumbuh gigi pertama (ya, di umur satu tahun. She's kinda late in that), jadilah GTM itu baru saja kami alami.

Lalu saya jadi terinspirasi untuk membuat post ini. Apa yang saya lakukan jika bayi susah makan?

Yang pertama dan utama, jangan panik! Terutama jika bayi belum berumur satu tahun karena sebelum umur satu tahun, food is only for learn & fun. Belajar tekstur, rasa, warna, dan lain-lain. Nutrisi utama tetap datang dari ASI atau formula. Jadi selama si bayi mimi-nya bagus, ibu tidak perlu cemas.

Yang kedua, jangan dipaksa. Memang sih stress lihat anak gak mau makan, dan dengan semua makanan yang lagi-lagi terbuang rasanya gemas sekali ingin memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Tapi please, jangan dipaksa. Siapapun tidak suka dipaksa melakukan sesuatu termasuk bayi. Memaksa bayi untuk makan hanya akan membuat dia trauma ke depannya. We don't want it to happen, mamas..

Yang ketiga, keep food handy. Siapkan makanan dan cemilan dalam porsi kecil sehingga kapanpun si kecil sedang anteng atau main, kita bisa menawarkannya makanan. Sukur-sukur dimakan. Kalau engga, dicoba lagi nanti. Telaten is the key.

Yang ke empat. Coba buat makanan dengan tekstur berdeda. Jika bayi selama ini makan bubur atau tim, coba tawarkan finger food. Berhubung Zeya BLW (Baby Led Weaning), saya malah sebaliknya, menawarkan bubur. Selain itu saya juga membuat smoothies yang kaya gizi, sehingga nutrisi banyak masuk dengan sekali sedot. ;)

Terakhir, enjoy! Apapun penyebabnya, GTM bayi biasanya hanya sementara kok. Selama bayi sehat, ceria, tidak demam, dan tetap aktif, saya biasanya tidak panik berlebihan.
Selengkapnya

Mengatur Sampah ala Korea

By sulthan on Saturday, September 5, 2015

Banyak yang beranggapan bahwa hidup di luar negeri serba enak dan seba mudah. Well, gak salah sih. Yang saya rasakan sendiri, setelah pernah tinggal di 2 kota (Sydney dan Seoul), bisa dibilang memang begitu. TAPI.. Kehidupan yang enak dan berkualitas itu juga tidak akan terwujud tanpa adanya partisipasi aktif dari warga kotanya sendiri. Contohnya dari segi sampah, kota akan terasa bersih dan nyaman jika warga disiplin menyimpan sampah pada tempatnya, dan sebagai salah satu Seoulista, saya pun dihadapkan pada situasi 'disiplin sampah' ini.

Di Korea, sampah dipisah bukan hanya dari segi organik dan anorganik atau kering dan basah, tapi.. BANYAK!! Pertama, di rumah saya harus memisahkan sampah ke dalam 3 kategori:

1. Sampah makanan
2. Sampah yang dapat didaur ulang (recycle)
3. Sampah lain-lain yang tidak masuk ke dalam 3 kategori tersebut (popok bekas, tissue bekas, cangkang kerang, dan lain-lain)

Sampah makanan dan sampah lain-lain harus dimasukkan ke dalam plastik khusus seperti di bawah ini. Di plastik tersebut tertera informasi mengenai wilayah sehingga akan mudah melacak sampah ini datang dari wilayah mana. Eits, tunggu dulu. Plastik ini gak gratis lho. Saya harus membelinya dulu di convenient store (mini market). Setiap bulannya saya harus merogoh kocek sekitar 10.000 won (sekitar Rp 120.000) untuk membeli plastik sampah ini.


Setelah memilah sampah menjadi 3 kategori tersebut, saya harus membawa sampah-sampah tersebut sendiri ke tempat sampah bersama yang ada di lantai basement apartment. Tempat sampah bersama ini terbagi menjadi beberapa ruangan.

Ruangan yang pertama merupakan tempat untuk menyimpan sampah besar seperti furniture. Di ruangan ini juga terdapat loker-loker untuk menyimpan sampah pakaian, lampu, dan batre. Seringkali barang yang dibuang masih bagus-bagus lho. Gatel rasanya pengen ambil (jiwa hagemaru. Wakakak). Untuk membuang sampah-sampah besar seperti furniture, kita lagi-lagi harus mengeluarkan uang. Bulan lalu saya baru saja membuang sofa karena sudah jebol dan lagi-lagi harus membayar 10.000 won.


Ruangan ke dua adalah ruangan khusus sampah makanan, sampah lain-lain, dan sampah kantong kresek. Sampah makanan dan kantong kresek dimasukkan ke dalam gentong yang telah disediakan, sedangkan plastik berisi sampah lain-lain ditumpuk rapi.


Ruangan ke tiga adalah ruangan sampah daur ulang. Nah, biasanya disininPR nya. Sampah daur ulang yang sudah kita pisahkan di rumah harus dipisahkan kembali ke dalam karung-karung dengan kategori berbeda:
- plastik pembungkus
- plastik botol
- kaca atau gelas
- sterofoam
- kertas
- kardus




Iya, itu suami saya yang sedang memilah sampah pakai jas. Hahaha.. Di sini biasa banget lihat yang cantik dan ganteng nenteng dan masuk ke tempat sampah. Semua orang punya tanggung jawab yang sama.

Saat tinggal di Indo, saya sudah terbiasa memilah sampah menjadi organik dan anorganik, dan setelah 'naik level' dalam hal pengelolaan sampah di Korea, saya pun merasakan beberapa manfaat:
1. Buang sampah jadi gak sering-sering. Tidak harus setiap hari membuang sampah karena terbagi jadi 3 bagian, sehingga tidak selalu penuh setiap hari. Memang ada resiko bau untuk sampah makanan, tapi bisa diantisipasi dengan menggunakan tempat sampah bertutup atau segera memasukkan sisa makanan ke dalam plastik, diikat rapat, dan dimasukkan ke dalam freezer sampai waktunya dibuang nanti.
2. Lebih bersih dan tidak jijik. Saya ingat sekali sewaktu saya kecil dan sampah di rumah kami masih di campur. Rasanya pemandangan ke tempat sampah tuh gak banget. Kertas, plastik, sisa makanan, dan lain-lain bercampur jadi satu. Eewwww...
3. Lebih aware tentang kegiatan konsumsi dan belanja pribadi, karena setelah diperhatikan sampah kering (anorganik) jauh lebih cepat terisi daripada sampah makanan. Gak heran kan kenapa di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) di Indonesia sampah bisa menggunung? Karena yang bisa cepat terurai jumlahnya kalah jauh dibanding yang tidak bisa atau sulit terurai. Hal ini membuat saya berpikir dua kali jika mau membeli makanan take away atau delivery.

Nah.. Itulah cerita saya tentang pengelolaan sampah rumah tangga di Seoul. Hmmm.. Kalau sistem seperti ini diterapkan di Indonesia, kira-kira pada mau gak ya untuk tertib menjalankannya? :)

Selengkapnya

Sikhye: Minuman Beras ala Korea

By sulthan on Thursday, September 3, 2015

Saat masih tinggal di Indonesia, minuman favorit saya adalah N* Green Tea Madu. Tiap hari minum itu juga saya sanggup. Hihi.. Sesampainya di Korea, saya pun langsung eksplor aneka minuman manis untuk menemukan minuman favorit pengganti.

Ternyata eh ternyata.. Banyak minuman yang rasanya aneh-aneh. Hahaha.. Mulai dari minuman ginseng merah plus madu lah, teh jagung lah. Sampai akhirnya salah satu teman saya disini menyuruh saya mencoba ini.

Namanya Sikhye. Mungkin kalau di Indonesia air tajin, karena ini basically minuman beras manis. Bahkan di bawahnya ada bulir-bulir beras yang sudah lembek.

Pertama kali mencoba, "hmmm.. ini rasa baru buat saya. Yeah, it's okay lah..". Tapinlalu saya membeli lagi untuk ke dua kalinya saat sedang haus-hausnya dan enak banget ternyata! Efek penghilang hausnya sama kaya kalau kita minum air tebu. Selain itu manisnya juga pas. Mantep deh pokoknya.

Jadi, buat kamu yang sedang atau akan berkunjung ke Korea, wajib mencoba Sikhye ini. Sikhye bisa ditemukan di vending machine yang ada dimana-mana atau covenient store (GS25 atau CU). Worth to try apalagi untuk yang suka coba-coba rasa baru. ;)


Selengkapnya

"what is internet in hindi" || internet kya hai (in hindi)

What is internet in hindi ||history of internet in hindi "What is internet in hindi", today we all are trying to know about what i...