Strategi-Strategi Pengembangan Literasi dan Pembelajar Sepanjang Hayat Siswa
NoveHasanah.Blogspot.Co.IdSebagaimana telah mulai dimaklumkan kepada semua pendidik di tanah air, bahwa kemampuan literasi generasi penerus bangsa (baca siswa) sangatlah penting untuk pembangunan manusia Indonesia. Sumber daya manusia yang besar ini haruslah menjadi generasi emas, generasi yang mampu bersaing bahkan unggul dari bangsa lain. Lalu bagaimanakah strategi yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan ini?
|
Strategi Pengembangan Literasi dan Pembelajar Sepanjang Hayat Siswa |
Berikut ini beberapa strategi yang dapat digunakan oleh guru untuk mengembangkan kemampuan literasi dan membentuk karakter pembelajar sepanjang hayat (lifelong learner):
1. Mengacu kepada kebutuhan siswa (anak)
2. Mengembangkan penunjang karakter pembelajar sepanjang hayat
3. Mengakomodasi perbedaan masing-masing pembelajar
4. Mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (
Higher Order Thinking Skills – HOTS)
5. Memungkinkan pembelajar untuk menggunakan semua proses berbahasa (membaca, menulis, menyimak, dan berbicara)
Mengacu Kepada Kebutuhan Siswa (Anak)
Pembelajaran harus memperhatikan konteks dan kebutuhan anak. Anak tidak akan mau (terstimulasi) untuk belajar jika mereka tidak merasa hal itu sebagai sesuatu yang dibutuhkannya. Atau, tidak sesuai dengan konteks di mana, dan kapan mereka berada. Ketika pembelajaran berbasis kebutuhan dan konteks, maka tak perlu pemaksaan untuk membuat mereka belajar.
Siswa akan menyenangi pembelajaran yang berbasis kebutuhan dan konteks. Mereka akan bersungguh-sungguh mengikutinya karena akan menganggap pembelajaran itu sebagai sesuatu yang penting bagi diri mereka atau komunitasnya.
Tidak akan ada pembelajaran yang sia-sia jika memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan mereka. Tidak ada pembelajaran yang tidak bermakna apabila pembelajaran selalu memperhatikan konteks, sehingga bersesuaian dengan mereka.
Mengembangkan Penunjang Karakter Pembelajar Sepanjang Hayat (Lifelong Learner)
Dunia selalu berubah. Berkembang dari waktu ke waktu. Sesuatu yang dianggap baru dan canggih pada suatu zaman, dengan cepat akan menjadi sesuatu yang kuno dan ketinggalan. Karena itu setiap anak harus menjadi pembelajar sepanjang hayat. Mereka harus mampu mempelajari perubahan-perubahan yang ada di sekitarnya sehingga tidak terasing dari lingkungannya.
Zaman dulu orang menggunakan mesin tik untuk pekerjaan kantor. Sekarang, orang harus menggunakan komputer, lalu sekarang mungkin sudah dapat mengerjakannya dengan beragam alat (
gadget) lain. Kecanggihan teknologi perlu diikuti dan tidak ada tempat lain untuk mempelajarinya secara khusus, kecuali secara mandiri. Karena itu, membentuk karakter pembelajar sepanjang hayat adalah suatu hal yang sangat krusial.
Seorang pembelajar sepanjang hayat dapat belajar di mana saja, kapan saja, dengan siapa saja, atau menggunakan apa saja. Ia akan mempelajari hal-hal baru yang menjadi interest dan kebutuhannya secara mandiri. Sikap ini sangat penting dimiliki setiap siswa kita agar menjadi anggota masyarakat yang maju.
Mengakomodasi Perbedaan pada Masing-Masing Siswa (Pembelajar)
Setiap orang memiliki perbedaan. Begitu pula dalam hal cara dan gaya belajar mereka. Karena itu guru perlu memperhatikan setiap siswanya secara khusus untuk menyediakan kegiatan-kegiatan belajar yang menunjang gaya belajar mereka. Dengan demikian, setiap orang di dalam kelas yang diampu oleh guru akan merasa dihargai, merasa diterima, dan tentu saja nyaman dan lebih mudah belajar. Cara termudah melakukan hal ini adalah dengan melakukan beragam aktivitas pembelajaran. Kegiatan belajar yang bervariasi dan tidak monoton begitu-begitu saja adalah kuncinya. Pembelajaran meliputi kegiatan hands on activity, juga minds on activity, menggunakan simbol-simbol visual, benda nyata (realia), musik, dan gerak.
Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa
Untuk mengembangkan literasi siswa dan mendorong mereka menjadi pebelajar sepanjang hayat, maka pembelajaran harus memperhatikan betapa pentingnya penggunaan dan melatihkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Dengan selalu melatih siswa secara kontinyu, maka keterampilan berpikir tingkat tinggi (
HOTS = Higher Order Thingking Skills) akan menjadi bersifat autonomos atau otomatis. Keterampilan ini akan berfungsi dengan baik jika diberi stimulus yang tepat dalam pembelajaran. Karena itu guru perlu menyediakan kegiatan-kegiatan yang menunjang mereka untuk selalu menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi ini.
Penggunaan Proses-Proses Berbahasa Siswa (Anak)
Keterampilan berbahasa membaca, menulis, menyimak (mendengarkan) dan berbicara sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari dan dalam dunia kerja. Karena itu seyogyanya siswa selalu memperoleh kesempatan untuk berlatih kemampuan berbahasa ini melalui pembelajaran di kelas.
Kemampuan membaca misalnya, sangat dibutuhkan untuk menemukan solusi suatu permasalahan melalui bahan bacaan yang relevan. Kemampuan menulis sangat penting untuk meminta sesuatu, atau menjelaskan sesuatu secara tertulis baik secara singkat ataupun panjang dengan beragam cara, misalnya melalui surat elektronik (email) ataupun dalam bentuk buku, karya ilmiah, dan sebagainya. Begitu pula kemampuan berbahasa dalam hal mendengarkan (menyimak) dan berbicara. Semuanya sangat penting bagi kehidupan mereka kelak. Apa yang disebutkan di atas hanyalah sedikit contoh bagaimana kemampuan proses berbahasa itu sangat penting.
Pada intinya, pembelajar memerlukan kemampuan membaca, menulis, mendengar (menyimak) dan berbicara untuk memecahkan masalah (problem solving) dan mengambil keputusan (
decicion making). Jadi, keterampilan proses berbahasa adalah alat yang sangat penting dalam belajar mereka.
Keempat proses berbahasa ini saling berhubungan erat. Tidak cukup bila sekolah hanya mengajarkan proses berbahasa menulis dan membaca saja.
Demikian beberapa strategi untuk membangun literasi siswa dan karakter pembelajar sepanjang hayat (
lifelong learner).
Baca Juga:
Pembelajaran Aktif: Mengakomodasi Siswa Menjadi Pembelajar Sepanjang HayatDiscovery Learning: Pembelajaran untuk Berpikir Tingkat TinggiProses Kognitif yang Terjadi Selama Pembelajaran dengan PBL (Problem Based Learning)