Well well.. Malam ini ada cerita yang sangat menggelitik jemari saya. Gak tahan untuk tidak menulis post tentang ini. Ceritanya adalah tentang percakapan seorang PNS dengan pegawai swasta di perusahaan multi-nasional. Sebagai pegawai perusahaan multi-nasional bersuamikan PNS, saya punya sedikit komentar tentang percakapan mereka berikut ini.
Percakapan ini adalah kisah nyata dan terjadi via Blackberry Messenger (BBM). Kedua orang adalah teman satu angkatan yang sama-sama menimba ilmu di institut yang mempunyai slogan 'UNTUK TUHAN, BANGSA, DAN ALMAMATER".
Singkat cerita kedua orang ini menempuh jalur karir yang berbeda. Yang satu menjadi PNS di salah satu kementerian pusat, yang satu menjadi pegawai di perusahaan minyak multi-nasional. Dan inilah percakapan yang terjadi.
PSA = Pegawai Swasta
PNS = Pegawai Negeri Sipil
Well.. At the end, mau jadi pegawai swasta ataupun PNS, karyawan ataupun pengusaha adalah pilihan masing-masing dan tidak ada yang salah akan hal itu karena setiap orang berhak menentukan jalan hidupnya masing-masing. Dan sejahtera/tidak nya seseorang tidak bergantung pada pekerjaan dan penghasilannya. Hanya saja, rasa-rasanya tidak adil jika kita menilai pekerjaan orang lain hanya berdasarkan pada 'katanya', 'lihat di berita', atau alasan-alasan skeptis lain yang tidak didasari pengalaman pribadi atau hasil generalisir yang tidak masuk akal. Kita tidak akan pernah tahu betapa sulitnya pekerjaan seseorang kalau kita tidak benar-benar mencobanya sendiri, apalagi ini ngurusin negara. Kalau kata Sherina dulu mah "Lihat segalanya lebih dekat dan kau akan mengerti".. Kalau gak lihat dari dekat, mending diem aja deh. Bantuin juga engga kan.. Hehehe
Selain itu, sebagai sesama alumni dari institut yang (katanya) terbaik di Indonesia ini (sampai salah satu kolega sama orang Amerika mengakui kalau kampus ini adalah MIT nya Indonesia), saya berasa malu.. Karena:
1. Saat kita pertama masuk kampus tersebut, kita sudah disambut dengan spanduk besar bertuliskan "SELAMAT DATANG PUTRA DAN PUTRI TERBAIK BANGSA" menurut saya itu adalah amanah yang sangat besar. Masuk kampus tersebut bukanlah jalan pintas untuk menjadi orang kaya, orang hebat, atau pejabat, tapi merupakan sebuah proses untuk menjadi 'change maker' untuk menarik sebanyak-banyaknya manusia Indonesia maju bersama kami.
2. Saya yakin jika Bung Karno, Arifin Panigoro, Aburizal Bakrie, Hatta Rajasa, Ciputra, Purwa Caraka, Jero Wacik, atau Goris Mustaqim hanya berfikir 'duit' dan skeptis+pesimis sama negerinya sendiri, mereka gak akan jadi seperti sekarang ini, bisa memberikan pekerjaan untuk ribuan orang, speak up untuk kepentingan masyarakat, atau dengan kata lain 'membantu banyak orang'.
3. Sejak ospek, kami selalu ditekankan tentang pentingnya berbakti untuk bangsa. Bahkan proyek akhir ospek kami pun pengabdian masyarakat mulai dari mempercantik sekolah SD sampai mendesain dan membangun sistem pipa pengairan di suatu kampung. Saya rasa, pengalaman-pengalaman tersebut cukup untuk membangkitkan common sense kami bahwa bangsa ini membutuhkan kontribusi kami..
Dan menjadi PNS itu..
Menurut saya adalah salah satu kontribusi terkecil yang bisa dilakukan orang-orang hebat untuk bangsanya. Terlepas dari kampus atau sekolah manapun mereka menimba ilmu. Suami saya PNS, dan saya sangat bangga dengan itu. Saat dia memutuskan untuk menjadi PNS 2 tahun yang lalu dan saya tanya: "Kenapa??", jawabannya adalah "Karena ini masanya generasi kita. Kalau bukan kita, siapa lagi?".. Saya terharu, dan sejak saat itu saya berjanji sama diri sendiri untuk selalu siap mem-back up dia dengan bekerja sekaligus berbisnis. Jiwa pengabdian suami saya juga menyemangati saya untuk terus berbagi mengamalkan ilmu saya. Menjadi pengajar sukarela, menulis blog, dan berbagi ilmu lewat facebook page karena pada kondisi saya yang sekarang, cara itulah yang bisa saya lakukan sebagai bentuk pengabdian..
Tanpa melihat kampus atau lulusan mana, menurut saya orang yang bersedia menjadi PNS itu pengabdiannya luar biasa dan mendengar cerita dari suami saya, saya bangga karena PNS sekarang sudah banyak yang betul-betul berintegritas dan berkualitas. Contohnya saja di Badan Koordinasi Penanaman Modal, pada saat kepemimpinan Pak Gita Wirjawan, seluruh karyawannya diwajibkan untuk memiliki score TOEFL minimal 600. Terang saja, BKPM merupakan salah satu lembaga 'depan' yang akan berhadapan langsung dengan investor asing. Kantornya pun sudah memakai sistem finger print, yang artinya gak boleh ada yang telat datang. Itu satu contoh kecil, masih banyak contoh lainnya yang oke-oke, seperti misalnya banyak yang mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Dan kalau soal korupsi, KPK kan gahar bgt sekarang, sudah ada layanan lapor KPK SMS ke 1575 pula, jadi proses menuju bebas korupsi itu ya sedang kita lakukan.
Semua itu pasti tidak terlepas dari kontribusi anak bangsa yang MAU turun langsung untuk membenahi. Nah sekarang, siapa yang mau dukung kalau bukan kita-kita ini? Generasi muda Indonesia.. Yuk ah semangat!! ;)
PS: tidak perlu minta izin, jika artikel ini dirasa bermanfaat, silakan share. :)
Selengkapnya →
Percakapan ini adalah kisah nyata dan terjadi via Blackberry Messenger (BBM). Kedua orang adalah teman satu angkatan yang sama-sama menimba ilmu di institut yang mempunyai slogan 'UNTUK TUHAN, BANGSA, DAN ALMAMATER".
Singkat cerita kedua orang ini menempuh jalur karir yang berbeda. Yang satu menjadi PNS di salah satu kementerian pusat, yang satu menjadi pegawai di perusahaan minyak multi-nasional. Dan inilah percakapan yang terjadi.
PSA = Pegawai Swasta
PNS = Pegawai Negeri Sipil
PSA:
Widiw
Calon mentri nih
Hahahaha
PNS:
Hahahaha
Aammmiinnn
Gw aminin aja dahh
PSA:
Hahhaha
Klo jd pejabat yg jujur ye
Jgn korup
Widiw
Calon mentri nih
Hahahaha
PNS:
Hahahaha
Aammmiinnn
Gw aminin aja dahh
PSA:
Hahhaha
Klo jd pejabat yg jujur ye
Jgn korup
PNS:
Hahahaha
Banyakan BUMN yg korup justru :p
Om kayanya udah jd pejabat nih d ch**ron:D
Hahahaha
Banyakan BUMN yg korup justru :p
Om kayanya udah jd pejabat nih d ch**ron:D
PSA:
Sama ***
Sama ***
Bukannya PNS-peg bumn-pejabat terutaama bgtu
Kecewa lah
Kecewa lah
PNS:
Nah itu dia
Makanya kya lu gt yg benci korupsi masuk dong k PNS :D
Nah itu dia
Makanya kya lu gt yg benci korupsi masuk dong k PNS :D
PSA:
G mau :p
PNS:
Yahhh bsa nya kcwa doang tanpa memberi solusi nyata :p
PSA:
G mau :p
PNS:
Yahhh bsa nya kcwa doang tanpa memberi solusi nyata :p
PSA:
Gw bisanya membantu org tanpa. Harus jd pns
Klo jd pns gw g bsa bantu org, kecuali kor**
Hahaha
Klo jd pns gw g bsa bantu org, kecuali kor**
Hahaha
PNS:
Loh jd PNS justru bakal banyak bantu org karena lu merumuskan kebjakan untuk smua org,,:)
Karna bantu bukan skdar mmberi materi ;)
Loh jd PNS justru bakal banyak bantu org karena lu merumuskan kebjakan untuk smua org,,:)
Karna bantu bukan skdar mmberi materi ;)
PSA:
Sejaauh ini blm ad yg scara sistem membantu om
Mgkn sistem nya udh bagus, tpi pelaksanaannya amburadul
G bsa dipungkiri, kadang kt g bsa nyalahin pns2 itu. Krn mgkn "keadaan" yg memaksaa
G mudah jadi pemimpin
Lu tau sndiri keadaan negri kt skr ky apa kan
Sejaauh ini blm ad yg scara sistem membantu om
Mgkn sistem nya udh bagus, tpi pelaksanaannya amburadul
G bsa dipungkiri, kadang kt g bsa nyalahin pns2 itu. Krn mgkn "keadaan" yg memaksaa
G mudah jadi pemimpin
Lu tau sndiri keadaan negri kt skr ky apa kan
PNS:
Nah klo mnurut om amburadul, y coba dbnahi dr dalem :D
PSA:
Liat berita, jujur miris
Takutny gw klo masuk ke dalam, akan ikut ambuuradul
Ikut amburadul atau tersingkir
Cuman 2 itu oom
:p
Nah klo mnurut om amburadul, y coba dbnahi dr dalem :D
PSA:
Liat berita, jujur miris
Takutny gw klo masuk ke dalam, akan ikut ambuuradul
Ikut amburadul atau tersingkir
Cuman 2 itu oom
:p
PNS:
Dengan kapasitas lo kan psti fokus membenahi,karna g bsa klo cm sglintir org doang :D
PSA:
Bagian lu
Klo itu gw nyerah
Hahhaha
Dengan kapasitas lo kan psti fokus membenahi,karna g bsa klo cm sglintir org doang :D
PSA:
Bagian lu
Klo itu gw nyerah
Hahhaha
PNS:
Hahaha jawaban yg sama dgn yg lain,,
PSA:
Gw ppercaya lu bisa
Hahhaha
Hahaha jawaban yg sama dgn yg lain,,
PSA:
Gw ppercaya lu bisa
Hahhaha
Well.. At the end, mau jadi pegawai swasta ataupun PNS, karyawan ataupun pengusaha adalah pilihan masing-masing dan tidak ada yang salah akan hal itu karena setiap orang berhak menentukan jalan hidupnya masing-masing. Dan sejahtera/tidak nya seseorang tidak bergantung pada pekerjaan dan penghasilannya. Hanya saja, rasa-rasanya tidak adil jika kita menilai pekerjaan orang lain hanya berdasarkan pada 'katanya', 'lihat di berita', atau alasan-alasan skeptis lain yang tidak didasari pengalaman pribadi atau hasil generalisir yang tidak masuk akal. Kita tidak akan pernah tahu betapa sulitnya pekerjaan seseorang kalau kita tidak benar-benar mencobanya sendiri, apalagi ini ngurusin negara. Kalau kata Sherina dulu mah "Lihat segalanya lebih dekat dan kau akan mengerti".. Kalau gak lihat dari dekat, mending diem aja deh. Bantuin juga engga kan.. Hehehe
Selain itu, sebagai sesama alumni dari institut yang (katanya) terbaik di Indonesia ini (sampai salah satu kolega sama orang Amerika mengakui kalau kampus ini adalah MIT nya Indonesia), saya berasa malu.. Karena:
1. Saat kita pertama masuk kampus tersebut, kita sudah disambut dengan spanduk besar bertuliskan "SELAMAT DATANG PUTRA DAN PUTRI TERBAIK BANGSA" menurut saya itu adalah amanah yang sangat besar. Masuk kampus tersebut bukanlah jalan pintas untuk menjadi orang kaya, orang hebat, atau pejabat, tapi merupakan sebuah proses untuk menjadi 'change maker' untuk menarik sebanyak-banyaknya manusia Indonesia maju bersama kami.
2. Saya yakin jika Bung Karno, Arifin Panigoro, Aburizal Bakrie, Hatta Rajasa, Ciputra, Purwa Caraka, Jero Wacik, atau Goris Mustaqim hanya berfikir 'duit' dan skeptis+pesimis sama negerinya sendiri, mereka gak akan jadi seperti sekarang ini, bisa memberikan pekerjaan untuk ribuan orang, speak up untuk kepentingan masyarakat, atau dengan kata lain 'membantu banyak orang'.
3. Sejak ospek, kami selalu ditekankan tentang pentingnya berbakti untuk bangsa. Bahkan proyek akhir ospek kami pun pengabdian masyarakat mulai dari mempercantik sekolah SD sampai mendesain dan membangun sistem pipa pengairan di suatu kampung. Saya rasa, pengalaman-pengalaman tersebut cukup untuk membangkitkan common sense kami bahwa bangsa ini membutuhkan kontribusi kami..
Dan menjadi PNS itu..
Menurut saya adalah salah satu kontribusi terkecil yang bisa dilakukan orang-orang hebat untuk bangsanya. Terlepas dari kampus atau sekolah manapun mereka menimba ilmu. Suami saya PNS, dan saya sangat bangga dengan itu. Saat dia memutuskan untuk menjadi PNS 2 tahun yang lalu dan saya tanya: "Kenapa??", jawabannya adalah "Karena ini masanya generasi kita. Kalau bukan kita, siapa lagi?".. Saya terharu, dan sejak saat itu saya berjanji sama diri sendiri untuk selalu siap mem-back up dia dengan bekerja sekaligus berbisnis. Jiwa pengabdian suami saya juga menyemangati saya untuk terus berbagi mengamalkan ilmu saya. Menjadi pengajar sukarela, menulis blog, dan berbagi ilmu lewat facebook page karena pada kondisi saya yang sekarang, cara itulah yang bisa saya lakukan sebagai bentuk pengabdian..
Tanpa melihat kampus atau lulusan mana, menurut saya orang yang bersedia menjadi PNS itu pengabdiannya luar biasa dan mendengar cerita dari suami saya, saya bangga karena PNS sekarang sudah banyak yang betul-betul berintegritas dan berkualitas. Contohnya saja di Badan Koordinasi Penanaman Modal, pada saat kepemimpinan Pak Gita Wirjawan, seluruh karyawannya diwajibkan untuk memiliki score TOEFL minimal 600. Terang saja, BKPM merupakan salah satu lembaga 'depan' yang akan berhadapan langsung dengan investor asing. Kantornya pun sudah memakai sistem finger print, yang artinya gak boleh ada yang telat datang. Itu satu contoh kecil, masih banyak contoh lainnya yang oke-oke, seperti misalnya banyak yang mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Dan kalau soal korupsi, KPK kan gahar bgt sekarang, sudah ada layanan lapor KPK SMS ke 1575 pula, jadi proses menuju bebas korupsi itu ya sedang kita lakukan.
Semua itu pasti tidak terlepas dari kontribusi anak bangsa yang MAU turun langsung untuk membenahi. Nah sekarang, siapa yang mau dukung kalau bukan kita-kita ini? Generasi muda Indonesia.. Yuk ah semangat!! ;)
PS: tidak perlu minta izin, jika artikel ini dirasa bermanfaat, silakan share. :)